Merayakan Perjuangan, Menyongsong Pengabdian: Yudisium Jurusan Kehutanan Periode Genap 2024/2025
Kupang, 25 April 2025 - Jurusan Kehutanan Politeknik Pertanian Negeri Kupang menggelar acara Yudisium Periode Genap Tahun Akademik 2024/2025 dengan penuh khidmat dan keharuan. Acara ini menjadi momentum penting bagi 32 orang yubilaris yang secara resmi dinyatakan lulus, terdiri dari 28 orang lulusan Program Sarjana Terapan Kehutanan dan 4 orang lulusan Program Ahli Madya Kehutanan. Yudisium ini bukan sekadar seremoni, tetapi menjadi awal baru bagi para lulusan untuk menapaki dunia profesional dengan semangat menjaga kelestarian alam.
Acara diawali dengan prosesi yubilaris memasuki gedung student center Politeknik Pertanian Negeri Kupang dan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya serta Mars Politani Kupang. Selanjutnya, berita acara yudisium dibacakan secara resmi oleh Sekretaris Jurusan Kehutanan, Laurentius D. Wisnu Wardhana, S.Hut., M.Si. Setelah itu, acara berlanjut dengan pemberian penghargaan kepada para yubilaris berprestasi yang memiliki IPK tertinggi dari masing-masing program studi. Penghargaan diberikan langsung oleh Wakil Direktur III Politani Kupang Bidang Akademik, Fabianus Ranta, S.Hut., M.Si, Ketua Jurusan Kehutanan, Meylin R. Pathibang, S.Hut., MP, dan Koordinator Program Studi Manajemen Sumber Daya Hutan, Prof. Dr. Ir. Jeriels Matatula, S.Hut., M.Sc.
Yubilaris dengan IPK tertinggi dari Program Studi Pengelolaan Hutan (D4) diraih oleh Fransisca Ataide Bianco, S.Tr. Hut., sementara dari Program Studi Manajemen Sumber Daya Hutan (D3) diraih oleh Theofilus Muga Ho'o, Amd. Hut. Dalam sambutannya, Fransisca mewakili para yubilaris menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam kepada seluruh dosen, teknisi, staf administrasi, serta TLP dan PLP Jurusan Kehutanan atas segala ilmu, bimbingan, dan bantuan selama masa studi. Ia juga berpesan kepada rekan-rekan seperjuangan untuk terus menjaga komunikasi dan tali persaudaraan, tidak hanya antar teman, tetapi juga dengan jurusan tercinta.
Ketua Jurusan Kehutanan, Meylin R. Pathibang, S.Hut., MP, dalam pesannya mengingatkan para lulusan untuk selalu menjaga nama baik Jurusan Kehutanan. "Jangan pernah memutuskan hubungan dengan jurusan, karena kita adalah keluarga. Yudisium ini bukan akhir, melainkan langkah awal dalam memulai kehidupan yang sesungguhnya. Tetap semangat dan pantang menyerah," tuturnya penuh semangat.
Suasana penuh haru mewarnai momen berikutnya, yakni penyerahan sumbangan dari para alumni kepada Jurusan Kehutanan berupa kaca meja sebagai simbol kenangan dan rasa terima kasih atas segala pengalaman berharga selama masa studi. Acara kemudian ditutup dengan sesi foto bersama seluruh alumni (yubilaris yang telah resmi diyudisium), dosen, dan tenaga kependidikan, menandai berakhirnya serangkaian acara yang penuh makna ini.
Dengan bekal ilmu, pengalaman, dan nilai kekeluargaan yang kuat, para lulusan Jurusan Kehutanan Politeknik Pertanian Negeri Kupang siap mengukir prestasi dan menjadi penjaga bumi yang lebih hijau dan lestari.
- written by Mitha RN
Politani Kupang Kukuhkan Guru Besar Pertama Kehutanan Bidang Ilmu Konservasi Mangrove
Politeknik Pertanian Negeri Kupang (Politani Kupang), Nusa Tenggara Timur, mengadakan rapat senat terbuka luar biasa untuk mengukuhkan guru besar dalam bidang Ilmu Konservasi Mangrove pada Selasa, 15 April 2025. Acara pengukuhan Profesor (Prof) Dr. Ir. Jeriels Matatula, S.Hut., M.Sc tersebut diselenggarakan di Gedung Student Center Politani Kupang.
Hadir dalam kesempatan tersebut antara lain perwakilan Gubernur NTT, Melki Laka Lena, yakni Staf Ahli Bidang Ekonomi dan Pembangunan NTT, Linus Lusi; Kepala LLDIKTI Wilayah XV NTT, Prof. Adrianus Amheka; Direktur Politani Kupang, Johanis A. Jermias; serta ratusan undangan lainnya.
Pengukuhan guru besar ke-6 di lingkungan Politeknik Pertanian Negeri Kupang dimulai dengan pembacaan surat keputusan dari Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Republik Indonesia mengenai pengangkatan sebagai guru besar. Pembacaan surat keputusan tersebut dilakukan oleh Wakil Direktur Bidang Keuangan dan Umum Politani Kupang, Alexander Tanody.
Acara dilanjutkan dengan orasi ilmiah yang disampaikan oleh Prof. Jeriels Matatula. Proses pengukuhan dipandu oleh Direktur Politeknik Pertanian Negeri Kupang, Johanis A. Jermias, sementara pengalungan tanda kehormatan Guru Besar dilakukan oleh Kepala LLDIKTI Wilayah XV, didampingi oleh Direktur dan anggota Senat Politani.
Prof. Jeriels Matatula resmi dikukuhkan sebagai guru besar keenam di Politani Kupang dalam bidang Konservasi Mangrove, setelah menyelesaikan seluruh tahapan akademik secara sistematis. Ia telah mempublikasikan 18 artikel di jurnal internasional serta 20 di jurnal nasional dan lokal yang mencerminkan hasil pemikirannya. Selain itu, Prof. Jeriels Matatula juga telah menulis sejumlah buku dan aktif berkontribusi dalam berbagai kegiatan, baik di bidang akademik maupun non-akademik.
Prof Jeriels menyampaikan orasi ilmiah bertema; Integrasi Kajian dan Pemberdayaan Masyarakat Adat sebagai Skenario Restorasi Mangrove di NTT. Dalam orasi ilmiahnya, Prof Jeriels mengatakan, Indonesia memiliki keanekaragaman hayati tinggi dan tipe ekosistem yang beragam, salah satunya adalah ekosistem mangrove.
Hutan mangrove di Indonesia mencakup area seluas 30.000 kilometer persegi, atau sekitar 21% dari total mangrove yang ada di dunia. Dari 75 spesies mangrove sejati yang diketahui secara global, 45 di antaranya terdapat di Indonesia. “Fakta ini menjadikan Indonesia sebagai negara dengan kekayaan mangrove terbesar, baik dari segi luasan maupun keanekaragaman spesiesnya,” ujar Prof. Jeriels.
Prof. Jeriels juga menekankan bahwa penyusutan luas hutan mangrove dapat berdampak signifikan terhadap berbagai fungsi penting yang dimilikinya. Ia menambahkan, saat ini sekitar 16% spesies tumbuhan mangrove dan 40% spesies hewan yang bergantung pada ekosistem ini mengalami peningkatan risiko kepunahan secara global.
Kerusakan yang terjadi pada ekosistem mangrove telah mengurangi fungsi alaminya sebagai pelindung wilayah pesisir dan pemukiman dari air laut dan gelombang pasang.
“Dalam beberapa dekade terakhir, aktivitas manusia telah menyebabkan penurunan populasi mangrove. Oleh karena itu, upaya restorasi perlu dilakukan guna memulihkan kondisi ekologis hutan mangrove yang telah rusak,” ujar Prof. Jeriels.
Sebagai langkah pencegahan terhadap pencemaran di wilayah mangrove, masyarakat adat menerapkan aturan bahwa para nelayan wajib merawat perahu mereka di luar area mangrove. Termasuk di dalamnya adalah pembersihan perahu dari tiram dan kegiatan serupa lainnya.
written by: Rosalia Silaban
Penerapan Model Agrosilvopastural di Kelompok Tani Fetomone Desa Sillu Kecamatan Fatuleu Kabupaten Kupang
Konservasi Sumber Air Baumata
Pengabdian Masyarakat Prodi Pengelolaan Hutan Jurusan Kehutanan Politani Kupang, Tawarkan Konservasi Daerah Mata Air
![]() |
![]() |
Penyuluhan konservasi daerah mata air di Desa Raknamo oleh Prodi Pengelolaan Hutan Jurusan Kehutanan Politani Kupang. Melakukan konservasi hutan khususnya di daerah resapan atau mata air membutuhkan cara khusus sehingga bisa menjaga bahkan meningkatkan debit air. Untuk melakukan konservasi daerah mata air maka bisa dilakukan dengan menanam tanaman umur panjang atau tahunan seperti beringin dan juga tanaman konservasis bernilai ekonomis seperti Jati, Mahoni, Gamalina dan tanaman lain. |