Tim Politani Kupang Perkenalkan Program Agroforestri Bagi Poktan Nekamese Oeltua
Pengaplikasian teknologi agrosilvopastural dari Politani dalam pemanfaatan lahan non produktif di Poktan Nekamese Desa Oeltua, Kabupaten Kupang.
Kelompok Tani Nekamese di Desa Oeltua Kecamatan Taebenu Kabupaten Kupang diajarkan teknik Agroforestri oleh tim dari Politani Kupang khususnya Prodi Pengelolaan Hutan Jurusan Kehutanan.
Langkah yang dilakukan Politani Kupang ini bertujuan untuk memberdayakan lahan non produktif petani di kelompok tersebut.
Lahan milik masyarakat di Desa Oeltua yang didominasi karang tersebut oleh Politani menerapkan program agroforestri ini untuk meningkatkan fungsi lahan dan menambah pendapatan masyarakat.
Koordinator Program Studi Pengelolaan Hutan, Yudhistira A.N.R. Ora, S.Hut. G.Dip.For., M.For mengaku senang dengan antusiasme masyarakat disana menyambut mereka yang datang membawa ilmu baru bagi petani disana.
Kedatangan mereka kesana adalah bagian dari melaksanakan tridharma perguruan tinggi yang salah satunya adalah pengabdian kepada masyarakat dimana menularkan ilmu yang mereka kembangkan kepada masyarakat.
Pola agrosilvopastural ini kata dia bukan cuma sekedar menggabungkan tanaman pertanian, tanaman peternakan, dan tanaman kehutanan dalam satu lahan tetapi yang perlu diperhatikan itu interaksi dalam pola tanam ini.
Pola agrosilvopastural bukan cuma berfokus pada banyaknya jenis tanaman dan nilai ekonomisnya tapi juga terkait konservasi tanah dan air.
"Dengan pola ini bukan saja tanam jangka pendek yang bisa dipanen untuk penuhi kebutuhan tapi ada tanaman jangka panjang untuk pemenuhan kebutuhan jangka juga," ungkapnya.
Dia berharap ilmu yang mereka bawa kepada kepada petani bisa diteruskan oleh petani disana untuk kelangsungan kegiatan mereka
Ketua Penerapan Iptek Masyarakat (PIM) Program Studi Pengelolaan Hutan, Jurusan Kehutanan, Politani Kupang Melkianus Pobas, ST., M.Sc menjelaskan teknik agrosilvopstural ini mereka aplikasikan pada sebuah demplot atau lahan percontohan.
"Agrosilvopastural ini diharapkan bisa dimanfaatkan masyarakat, dimana Masyarakat bisa memperoleh tanaman kehutanan, pakan ternak, juga mereka bisa peroleh tanamanab pertanian dalam satu lahan," ungkap Melki.
Sementara, Ketua Kelompok Tani Nekamese Oktovianus Samenel meminta agar Politani terus bersama mereka dan memberikan pendampingan dalam penerapan teknologi ini.
"Kami siap menerima semua yang Politani ajarjan dan bagikan kepada kami," ungkap Okto.
Okto mengaku program ini sangat membantu mereka sebagai petani dalam pengembangan masa depan keluarga mereka.
Dia juga berharap lewat oenerapan iptek ini mereka bisa mengetahui cara tanam, cara mengelola teknik ini agar meningkatkan mutu pertanian mereka.(ary)
PKMR Politani Kupang Diharapkan Jadi Sarana Pengajaran dan Pendidikan Lapangan
Dalam rangka memperingati Dies Natalis Jurusan Kehutanan yang ke-7 dan Dies Natalis Politeknik Pertanian Negeri Kupang (Politani) ke-36, digelar seminar dan kuliah umum bertema "Keanekaragaman Hayati Kawasan Konservasi di Pulau Timor" pada Senin, 7 Oktober 2024.
Acara ini berlangsung di Gedung Student Center Politani dan menjadi momen penting dalam pengembangan pendidikan lapangan bagi mahasiswa Jurusan Kehutanan.
Seminar tersebut menghadirkan narasumber utama dari Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Nusa Tenggara Timur (NTT), yang membawakan materi mengenai Implementasi UU No. 32 Tahun 2024 tentang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya di Pulau Timor.
Selain itu, Dr. Blasius Paga juga berbicara mengenai keanekaragaman burung di kawasan konservasi Pulau Timor.
Empat peserta dari kegiatan Perkemahan Kerja dan Malam Rimbawan (PKMR) turut mempresentasikan hasil eksplorasi mereka tentang keanekaragaman vegetasi di Taman Wisata Alam Camplong.
Sementara itu, Flora Evalina Ina Kleruk bertindak sebagai moderator dalam acara yang mempertemukan mahasiswa dan praktisi itu.
Wakil Direktur Bidang Kemahasiswaan Politani Kupang, Fabianus Ranta, menyampaikan pentingnya transformasi dalam pelaksanaan kegiatan PKMR, yang kini difokuskan pada pengembangan karakter, serta peningkatan hard dan soft skills mahasiswa.
Menurutnya, paradigma lama yang menonjolkan senioritas dan junioritas dalam kegiatan perkemahan telah ditinggalkan.
"Dalam perjalanan PKMR sebelumnya, lebih menonjolkan senioritas yang membuat kegiatan ini kurang bermanfaat. Itu adalah paradigma lama yang harus kita tinggalkan. Mulai tiga tahun lalu, pengelola di Jurusan Kehutanan telah melakukan perubahan secara total," jelas Fabianus.
Ia menegaskan bahwa PKMR kini berfokus pada pendidikan lapangan yang lebih menekankan pada pengajaran ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah dipelajari mahasiswa sejak semester awal. Kegiatan ini mengintegrasikan beberapa mata kuliah, seperti ekologi, pengantar ilmu kehutanan, silvikultur, serta survei dan pemetaan.
"Perkemahan ini bukan lagi ajang menunjukkan senioritas, tetapi sarana untuk mengajarkan dan memberikan pelajaran dari lapangan. Melalui eksplorasi sumber daya alam, mahasiswa dilatih untuk mencari, mengolah, dan menyajikan data dari lapangan, seperti yang kita lihat dalam seminar hari ini," tambahnya.
Fabianus berharap bahwa kegiatan ini akan menumbuhkan pengetahuan dan keterampilan bagi mahasiswa, khususnya mereka yang telah mengikuti PKMR.
"Apa pun tugas kalian setelah keluar dari Politani, kalian harus mampu mencari, mengolah, dan menyajikan data lapangan dengan baik," tutupnya.(*).
Semangat Baru di Tengah Hutan Pinus, Mahasiswa Politeknik Pertanian Negeri Kupang Jalani PKL di Bondowoso
ADM Perhutani Bondowoso Misbakhul Munir, memberi materi ke para mahasiswa PKL
BONDOWOSO, JBN Indonesia – Dibawah rindangnya hutan pinus, tujuh mahasiswa dari Politeknik Pertanian Negeri Kupang mendapatkan pengalaman berharga yang tak akan mereka lupakan. Dipimpin oleh Misbakhul Munir, Administratur Perum Perhutani KPH Bondowoso, para peserta Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini terjun langsung ke lapangan untuk menyerap ilmu pengelolaan hutan yang sesungguhnya. Sabtu (21/09/2204).
"Hari ini 7 orang peserta dalam regu II yang terdiri dari 5 orang laki-laki dan 2 orang perempuan tersebut melakukan praktek pemungutan hasil hutan kayu (HHK) dilanjutkan dengan pemungutan hasil hutan bukan kayu (HHBK) diwilayah BKPH Bondowoso," Papar Misbakhul Munir, Administratur Perum Perhutani KPH Bondowoso
Zainul Lutfi Asper KBKPH Bondowoso yang didaulat sebagai instruktur materi sekaligus praktek menyatakan kebanggaan terhadap para mahasiswa Setelah dua hari dibekali teori pengelolaan hutan, para mahasiswa melakukan praktek pemungutan hasil hutan kayu (HHK) di RPH Wringintapung dan memanen hasil hutan bukan kayu (HHBK) seperti getah pinus di RPH Curahdani
“Melihat mereka begitu antusias dan serius belajar, saya yakin kelak mereka akan menjadi pemimpin yang kita butuhkan dalam pengelolaan hutan di masa depan,” kata Lutfi.
Robertus Teke, ketua regu mahasiswa PKL, tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya. "Kami sangat beruntung bisa terjun langsung ke lapangan dan mendapatkan pengetahuan yang mendalam tentang pengelolaan hutan di Perhutani. Ini adalah bekal berharga bagi kami untuk terjun ke masyarakat nanti," ujarnya.
Selain ilmu yang didapat, suasana nyaman dan fasilitas lengkap yang disediakan oleh Perhutani KPH Bondowoso membuat para mahasiswa merasa betah dan lebih fokus dalam menjalani praktek. “Manajemen Perhutani KPH Bondowoso sangat membantu, dan kami sangat berterima kasih atas segala fasilitas yang diberikan,” tambah Robertus.
Praktek ini tak hanya mengajarkan cara mengelola hasil hutan kayu dan bukan kayu, tetapi juga menumbuhkan jiwa kepemimpinan dan kemandirian di kalangan para peserta.
Berdasarkan informasi pihak RPH Curahdami. Praktek pemungutan HHK bertempat dilokasi tebang habis pohon pinus petak 50E-4 RPH Wringintapung, sementara untuk praktek pemungutan HHBK berlangsung dipetak 46A RPH Curahdani yang merupakan lokasi sadapan getah pinus tahun 2024.
https://www.jbnindonesia.com/2024/09/semangat-baru-di-tengah-hutan-pinus.html
Pengabdian Masyarakat Prodi Manajemen Sumberdaya Hutan Jurusan Kehutanan Politani Kupang, Ajarkan Sistem Agrosilvopastural Bagi Petani di Raknamo
Ketua Program Studi Manajemen Sumberdaya Hutan Politani Kupang Dr. Jeriels Matatula bersama Ketua kelompok tani Fajar Pagi saat tanam pisang cavendis di Desa Rakanamo, Kecamatan Amabi Oefeto, Kabupaten Kupang, NTT.
Politeknik Pertanian Negeri (Politani) Kupang mengajarkan kepada masyarakat Raknamo, Kabupaten Kupang, NTT terkait manfaat sistem agrosilvopastural.
Melalui Program Studi Manajemen Sumberdaya Hutan Jurusan Kehutanan Politani Kupang, para petani di Raknamo diperkenalkan dengan sistem agrosilvopastural.
Kegiatan itu dihadiri sejumlah Dosen, teknisi, Mahasiswa Kehutanan Politani Kupang dan para petani di Raknamo. Kegiatan dirangkai dalam penyuluhan, pelatihan dan penerapan model agrosilvopastural. Ketua Program Studi Manajemen Sumberdaya Hutan Sekaligus Ketua Penerapan Iptek pada Masyarakat, Dr Jeriels Matatula mengatakan agrosilvopastural memiliki manfaat yang sangat luar biasa bagi petani. Menurut beliau agrosilvopastural adalah paduan antara kehutanan, pertanian dan peternakan dimana paduan itu memberikan manfat dan kentungan secara terpadu dan memiliki keuntungan ekonomi. Bagi beliau keuntungan agrosilvopastural adalah memelihara unsur hara tanah dan memberikan kesuburan. Selain itu hasil dari pengembangan itu adalah kesejahteraan masyarakat.
Penerapan Model Agrosilvopastural di Kelompok Tani Fetomone Desa Sillu Kecamatan Fatuleu Kabupaten Kupang
Page 1 of 2